Bersimpuh Dzikir Mengagungkan Asma Allah Bersama Al Khidmah |
Written by Mudjia Rahardjo | ||||||||||
Wednesday, 21 July 2010 04:08 | ||||||||||
Orang itu bernama Haji Nur Zaman. Dia
duduk bersila tepat di depan saya. Usianya sekitar 55 tahun. Berkulit
gelap dan berbadan agak kerempeng dan tinggi. Di saku bajunya tertulis
Jamaah Dzikir Al Khidmah dari Malaysia. Dia duduk bersama jama’ah yang
lain. Dia bersarung, berbaju, dan bersongkok putih sebagaimana jama’ah
Al Khidmah pada umumnya ketika sedang berdzikir. Tangan kanannya
memegang tasbeh putih dan terus menghitung bersamaan dzikir yang
diucapkan. Sesekali saya memandangnya dan dari wajahnya terus mengalir
tetesan air mata.
Jam baru menunjukkan pukul 19.00 WIB
ketika saya dan rombongan memasuki area pondok Pesantren Assalafi Al
Fithrah, Jl. Kedinding Lor Surabaya, Sabtu, 17 Juli 2010. Atas jasa
beberapa orang anggota panitia dan santri, kami bisa mencapai tempat
perhelatan majlis dzikir dan haul akbar tersebut. Tetapi pondok itu
sudah dipenuhi lautan pedzikir yang berpakaian serba putih, mulai
laki-perempuan, tua-muda, pejabat-rakyat jelata, masyaayikh,
habaib-santri dari berbagai pelosok Indonesia, bahkan manca negara
seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan Yaman. Puluhan ribu jama’ah
seakan tak mau ketinggalan dengan jama’ah yang lain berebut rahmat dan
ridho Allah lewat lantunan-lantunan kalimah thoyyibah oleh seluruh jama’ah yang dipimpin oleh seorang habib.
Sebagai makhluk ciptaan Allah, bumi
Kedinding pun seolah ikut larut dalam lantunan dzikir. Ia ingin
dipamerkan pula kepada Allah lewat malaikat Jibril bahwa tidak hanya
makhluk yang bernama manusia saja yang bersujud kepada Allah, tetapi
juga semua ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi, termasuk buminya
itu sendiri. Tak pelak suasana di Pondok Pesantren malam itu menjadi
saksi betapa masih banyak manusia yang ingin dekat dengan Allah melalui
majlis dzikir. Ternyata di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang
serba materialistis, masih banyak hamba Allah yang tidak lupa kehidupan
spiritual bahkan dengan pengorbanan yang tidak sedikit, sebagaimana Haji
Nur Zaman, jama’ah dari Malaysia tadi. Demi mengejar ketenangan batin
dan mencapai ridho Allah, dia rela mengeluarkan beaya yang tidak sedikit
karena harus menempuh jarak beratus-ratus kilometer dari Malaysia untuk
sampai area dzikir.
Acara haul akbar, majlis dzikir, dan
maulidur Rasul itu menjadi lebih bermakna dengan kehadiran langsung cucu
Sulthonul Auliya’ Sayydina Asy Syaikh Abdul Qodir Al Jiilani r a yang
ke 19 dari Yaman yang juga memberikan mauidhotul hasanah. Dalam
ceramahnya, beliau memuji masyarakat Indonesia yang baik, menekankan
persatuan umat bahwa sesama muslim itu saudara, dan memuji peranan
Hadhrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy r .a sebagai pendiri
majlis dzikir ini dengan harapan semoga beliau ditempatkan oleh Allah
sebagai manusia mulia di sisi-Nya. Lebih penting dari itu, beliau ingin
jama’ah ini tetap kokoh kendati sang pendiri sudah dipanggil Allah. Dia
juga berjanji untuk tetap melanjutkan silaturrahim ini dengan menghadiri
majlis dizkir setiap kali ada haul akbar.
Tidak kali ini saja saya menghadiri
majlis dzikir seperti ini, tetapi yang di PP. Al Fitrah ini memang
berbeda. Perbedaannya tidak saja dari jumlah jama’ah yang sangat banyak
dan makanan yang melimpah, tetapi juga sikap warga masyarakat sekitar
pondok yang semuanya tidak terganggu dengan kehadiran banyak tamu di
wilayahnya, tetap justru bersikap ‘welcome’. Seakan berebut
barokah dari majlis dzikir, pintu-pintu rumah keluarga sekitar pondok
terbuka lebar menerima tamu dari luar daerah untuk menginap dengan
gratis. Di tempat-tempat penginapan itu tertulis anggota kelompok
masing-masing layaknya ketika jama’ah haji sedang wukuf di Arofah. Jadi
ada tulisan ‘Maktab Semarang’, ‘Maktab Blitar’, ‘Maktab Malang’, ‘Maktab
Malaysia’, ‘Maktab Singapura’, dan lain sebagainya. Para warga dan
santri pondok juga begitu sigap mengatur tempat parkir kendaraan
bermotor yang jumlahnya tentu sangat banyak. Semuanya gratis, alias
tidak bayar. .
Dulu ketika KH. Achmad Asrori Al Ishaqy
pendiri majlis dzikir ini wafat, saya berpikir kelangsungan majlis dan
mengkhawatirkan apa jumlah jama’ah masih bisa banyak sebagaimana waktu
beliau masih hidup. Sebab, pengamatan saya menunjukkan biasanya sebuah
majlis dan bahkan pondok pesantren yang ditinggal kyainya atau
pendirinya biasanya surut. Tetapi kekhawatiran saya tidak terbukti.
Justru di mana saja majlis dzikir ini diselenggarakan selalu dipenuhi
jama’ah, bahkan cenderung meningkat. Saya pun berpikir bahwa Hadhrotusy
Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy ra bukan sembarang kyai dan tokoh.
Beliau adalah hamba Allah yang sholeh
dan ikhlas dalam menjalankan misi dakwahnya. Karena kesholehannya itu,
beliau memperoleh karomah dari Allah. Sekadar ilustrasi kecil, beliau
belum pernah datang ke rumah saya dan tidak pernah seorang pun
bercerita tentang tempat tinggal saya. Tetapi ketika saya mulai ikut
jama’ah ini sekitar tiga tahun lalu, beliau bertanya kepada salah
seorang staf kepercayaannya nama saya dan mengapa tempat tinggal begitu
masuk kampung dan lewat gang sempit yang berbelok-belok. Saya
terheran-heran bagaimana beliau tahu kondisi lingkungan tempat tinggal
saya waktu itu. Rasanya antara percaya atau tidak. Tetapi itulah yang
sejujurnya terjadi.
Dari beberapa orang kepercayaannya
diperoleh informasi bahwa cita-cita beliau terkait dengan majlis dzikir
yang dirikannya adalah selain diharapkan jumlah jama’ahnya semakin
banyak, juga jangkauannya. Jama’ah ini diharapkan juga masuk ke
lembaga-lembaga pemerintah dan perguruan tinggi. Sebab, selama ini
jama’ah semacam ini dikesan hanya diisi oleh masyarakat marjinal. Beliau
ingin al khidhah adalah jama’ah dzikir bagi semua umat di mana pun
mereka berada.
Cita-cita beliau telah terwujud. Di mana
pun acara dzikir diadakan selalu memperoleh dukungan pemerintah daerah
dan para pejabatnya juga sudah banyak yang menjadi anggota. Tidak saja
itu, belakangan para akademisi dan bahkan para guru besar dari banyak
perguruan tinggi juga banyak yang secara aktif menjadi anggota Al
Khidmah, sehingga bobot jama’ah dzikir ini semakin bertambah.
Kampus-kampus seperti Instutut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Islam Sunan
Giri Ponorogo, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang adalah sekadar contoh beberapa perguruan tinggi yang pernah
menyelenggarakan dzkir akbar Al Khidmah.
Hadhrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori Al
Ishaqy memang telah meninggalkan kita semua dan menghadap Allah. Tetapi
nafas perjuangannya untuk mengajak umat selalu dekat dengan sang
Pencipta lewat dzikir yang diciptakannya insya Allah tidak akan pernah
padam. Dengan bersimpuh mengagungkan asma Allah melalui dzikir
sebagaimana dilakukan Haji Nur Zaman dari Malaysia tadi dan seluruh
jama’ah merupakan sarana untuk selalu menjaga keimanan dan ketakwaan
hamba Allah yang memang selalu pasang surut. Al Khidmah hadir untuk
menjaga agar keimanan dan ketakwaan yang telah bersemai itu tidak
surut, tetapi justru tumbuh dan berkembang sampai masing-masing di
panggil Allah untuk menghadapnya. Amin-amin ya robbalaalamiin.
Al Khidmah Kampus Malang Gelar Sarasehan PerdanaTidak kurang dari 50 pemuda-pemudi Al Khidmah Malang, Minggu (23/9), menggelar sarasehan perdana bertempat di Aula Pondok Pesantren Tarbiyatil Qur’an An Nuur, Malang. Sarasehan itu digelar dalam rangka ikut mengembangkan Jam’ah Al Khidmah di kampus-kampus se kota Malang dan sekitarnya. Pada kesempatan tersebut, setidaknya ada enam kampus besar di kota apel itu yang hadir, termasuk delegasi dari Kampus UIN Maliki Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI), Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan sejumlah siswa-siswi tingkat SMA dan SMP-sederajat se-Malang dan sekitarnya. ![]() Turut hadir pada kesempatan tersebut Ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, Misbakhul Huda, dan Koordinator Departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, Nur Haris Ali sebagai undangan. Acara sarasehan di buka secara resmi dengan majlis dzikir-iklilan yang dipimpin langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatil Qur’an An Nuur, KH. Muhammad Alwi,dilanjutkan dengan beberapa sambutan. “Jama’ah Al Khidmah Kampus ini termasuk yang dicita-citakan oleh Beliau RA. Mudah-mudahan bisa berkembang lebih luas sebagaimana yang Beliau RA. inginkan. Terus yang lebih kita tekankan lagi, jangan sampai kita menyimpang dari buku pedoman tuntunan dari Hadlorotus Syaikh, utamanya. Silakanlah kita berkembang, jadi usahakan tuntunan itu prosedurnya diikuti. Sehingga kita utuh,” pesan pengasuh Ponpes Tarbiyatil Qur’an An Nuur yang sekaligus imam khususi di wilayah Batu-Malang tersebut.Sementara itu, Misbakhul Huda, Ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, pada kesempatan tersebut ikut berbahagia atas kemauan dari komunitas pemuda-pemudi Al Khidmah Malang sendiri untuk bisa bangkit menirukan teman-teman Al Khidmah Kampus dari kota-kota lain. Keinginan tersebut muncul sudah sangat lama dan semakin terlihat pasca acara Jambore Nasional Al Khidmah Kampus Indonesia yang digelar pada 9-11 Maret 2012 lalu di Yogyakarta. “Saya mewakili teman-teman Al Khidmah Kampus Jogjakarta sangat berbahagia sekali bisa berkumpul bersama teman-teman Al Khidmah Kampus Malang. Mudah-mudahan (kepengurusan) Al Khidmah Kampus Malang bisa segera terbentuk, dalam rangka ikut mewujudkan cita-cita guru kita menjadi oase dunia. Kita bisa sharing-sharing nanti, tentang pengembangan Al Khidmah Kampus seperti di kampus-kampus di kota lain,”ujar Kang Huda, sapaan akrab ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut pada saat sambutan. Mewakili teman-teman Al Khidmah Kampus Malang, Abdurrahim, selaku koordinator sementara Al Khidmah Kampus Malang, menegaskan bahwa tujuan sarasehan pada siang itu untuk mengakrabkan tali silaturrahim antar mahasiswa-mahasiswi di kampus-kampus Malang, baik yang sudah mengenal Al Khidmah maupun yang belum mengenal Al Khidmah. Lebih lanjut, Abdurrahim berharap, momen siang itu bisa menjadi langkah awal untuk mengembangkan Al Khidmah di kampus-kampus Malang seperti yang telah dilakukan juga oleh teman-teman-teman kampus di luar kota Malang. “Kepada rekan-rekan Malang yang bukan mahasiswa jangan minder. Al Khidmah Kampus ini tidak eksklusif hanya untuk orang-orang kampus. Bukan seperti itu. Semuanya bisa masuk. Yang orang sekolahan juga bisa masuk di Al Khidmah Kampus. Tidak perlu minder ‘aku duduk wong kuliahan, nggak melu ae’. Jangan seperti itu. Ini hanya jalan agar kalangan-kalangan mahasiswa dan siswa yang belum masuk Al Khidmah bisa ikut menjadi jama’ah Al Khidmah. Menjadikan Al Khidmah sebagai oase dunia” pungkasnya. Selamat atas terselenggaranya Sarasehan Perdana Al Khidmah Kampus Malang, salam semangat ... ![]()
Arti simbolik dari lambang
"Al Fithrah" dan "Al Khidmah":
'Amaliyyah-'amaliyyah yang diamalkan oleh "Jama'ah Al Khidmah" selain pendidikan clan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu lahir dan bathin, ialah:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar