Sabtu, 17 November 2012

Bersimpuh Dzikir Mengagungkan Asma Allah Bersama Al Khidmah


Written by Mudjia Rahardjo   
Wednesday, 21 July 2010 04:08
Orang itu bernama Haji Nur Zaman. Dia duduk bersila tepat di depan saya. Usianya sekitar 55 tahun. Berkulit gelap dan berbadan agak kerempeng dan tinggi.  Di saku bajunya tertulis Jamaah Dzikir Al Khidmah dari Malaysia. Dia duduk bersama jama’ah yang lain. Dia bersarung,  berbaju, dan bersongkok putih sebagaimana jama’ah Al Khidmah pada umumnya ketika sedang berdzikir. Tangan kanannya memegang tasbeh putih dan terus menghitung bersamaan dzikir yang diucapkan. Sesekali saya memandangnya dan dari wajahnya terus mengalir tetesan air mata.
Jam baru menunjukkan pukul 19.00 WIB ketika saya dan rombongan memasuki area pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Jl. Kedinding Lor  Surabaya, Sabtu, 17 Juli 2010. Atas jasa beberapa orang anggota panitia dan santri, kami bisa mencapai tempat perhelatan majlis dzikir dan haul akbar tersebut. Tetapi pondok itu sudah dipenuhi lautan pedzikir yang berpakaian serba putih, mulai laki-perempuan, tua-muda, pejabat-rakyat jelata, masyaayikh, habaib-santri dari berbagai pelosok Indonesia, bahkan manca negara seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan Yaman. Puluhan ribu jama’ah seakan tak mau ketinggalan dengan jama’ah yang lain berebut rahmat dan ridho Allah lewat lantunan-lantunan kalimah thoyyibah oleh seluruh jama’ah yang dipimpin oleh seorang habib.
Sebagai makhluk ciptaan Allah, bumi Kedinding pun seolah ikut larut dalam lantunan dzikir. Ia ingin dipamerkan pula kepada Allah lewat malaikat Jibril bahwa tidak hanya makhluk yang bernama manusia saja yang bersujud kepada Allah, tetapi juga semua ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi, termasuk buminya itu sendiri. Tak pelak suasana di Pondok Pesantren  malam itu menjadi saksi betapa masih banyak manusia yang ingin dekat dengan Allah melalui majlis dzikir. Ternyata di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba materialistis, masih banyak hamba Allah yang tidak lupa kehidupan spiritual bahkan dengan pengorbanan yang tidak sedikit, sebagaimana Haji Nur Zaman, jama’ah dari Malaysia tadi. Demi mengejar ketenangan batin dan mencapai ridho Allah, dia rela mengeluarkan beaya yang tidak sedikit karena harus menempuh jarak beratus-ratus kilometer dari Malaysia untuk sampai area dzikir.
Acara haul akbar, majlis dzikir, dan maulidur Rasul itu menjadi lebih bermakna dengan kehadiran langsung cucu Sulthonul Auliya’ Sayydina Asy Syaikh Abdul Qodir Al Jiilani r a yang ke 19  dari Yaman yang juga memberikan mauidhotul hasanah. Dalam ceramahnya, beliau memuji masyarakat Indonesia yang baik, menekankan persatuan umat bahwa sesama muslim itu saudara, dan memuji peranan Hadhrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy r .a  sebagai pendiri majlis dzikir ini dengan harapan semoga beliau ditempatkan oleh Allah sebagai manusia mulia di sisi-Nya. Lebih penting dari itu, beliau ingin jama’ah ini tetap kokoh kendati sang pendiri sudah dipanggil Allah. Dia juga berjanji untuk tetap melanjutkan silaturrahim ini dengan menghadiri majlis dizkir setiap kali ada haul akbar.
Tidak kali ini saja saya menghadiri majlis dzikir seperti ini, tetapi yang di PP. Al Fitrah ini memang berbeda. Perbedaannya tidak saja dari jumlah jama’ah yang sangat banyak dan  makanan yang melimpah, tetapi juga sikap warga masyarakat sekitar pondok yang semuanya tidak terganggu dengan kehadiran banyak tamu di wilayahnya, tetap justru bersikap ‘welcome’.  Seakan berebut barokah dari majlis dzikir, pintu-pintu rumah keluarga sekitar pondok terbuka lebar menerima tamu dari luar daerah untuk menginap dengan gratis. Di tempat-tempat penginapan itu tertulis anggota kelompok masing-masing layaknya ketika jama’ah haji sedang wukuf di Arofah. Jadi ada tulisan ‘Maktab Semarang’, ‘Maktab Blitar’, ‘Maktab Malang’, ‘Maktab Malaysia’, ‘Maktab Singapura’, dan lain sebagainya. Para warga dan santri pondok juga begitu sigap mengatur tempat parkir kendaraan bermotor yang jumlahnya tentu sangat banyak. Semuanya gratis, alias tidak bayar.               .
Dulu ketika KH. Achmad Asrori Al Ishaqy pendiri majlis dzikir ini wafat, saya berpikir kelangsungan majlis dan mengkhawatirkan apa jumlah jama’ah masih bisa banyak sebagaimana waktu beliau masih hidup. Sebab, pengamatan saya menunjukkan biasanya sebuah majlis dan bahkan pondok pesantren yang ditinggal kyainya atau pendirinya biasanya surut. Tetapi kekhawatiran saya tidak terbukti. Justru di mana saja majlis dzikir ini diselenggarakan selalu dipenuhi jama’ah, bahkan cenderung meningkat. Saya pun berpikir bahwa Hadhrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy ra bukan sembarang kyai dan tokoh.
Beliau adalah hamba Allah yang sholeh dan ikhlas dalam menjalankan misi dakwahnya. Karena kesholehannya itu,  beliau memperoleh karomah dari Allah. Sekadar ilustrasi kecil, beliau belum pernah datang  ke rumah  saya dan tidak pernah seorang pun bercerita tentang tempat tinggal saya. Tetapi ketika saya mulai ikut jama’ah ini sekitar tiga tahun lalu, beliau  bertanya kepada salah seorang staf kepercayaannya nama saya dan mengapa tempat tinggal begitu masuk kampung dan lewat gang sempit yang berbelok-belok.  Saya terheran-heran bagaimana beliau tahu kondisi lingkungan tempat tinggal saya waktu itu. Rasanya antara percaya atau tidak. Tetapi itulah yang  sejujurnya terjadi.
Dari beberapa orang kepercayaannya diperoleh informasi bahwa cita-cita beliau terkait dengan majlis dzikir yang dirikannya adalah selain diharapkan jumlah jama’ahnya semakin banyak, juga jangkauannya. Jama’ah ini diharapkan juga masuk ke lembaga-lembaga pemerintah dan perguruan tinggi. Sebab, selama ini jama’ah semacam ini dikesan hanya diisi oleh masyarakat marjinal. Beliau ingin al khidhah adalah jama’ah dzikir bagi semua umat di mana pun mereka berada.
Cita-cita beliau telah terwujud. Di mana pun acara dzikir diadakan selalu memperoleh dukungan pemerintah daerah dan para pejabatnya juga sudah banyak yang menjadi anggota. Tidak saja itu, belakangan  para akademisi dan bahkan para guru besar dari banyak perguruan tinggi juga banyak yang secara aktif menjadi anggota Al Khidmah, sehingga bobot jama’ah dzikir ini semakin bertambah. Kampus-kampus seperti Instutut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Islam Sunan Giri Ponorogo, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang  adalah sekadar contoh beberapa perguruan tinggi yang pernah menyelenggarakan dzkir akbar Al Khidmah.
Hadhrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy  memang telah meninggalkan kita semua dan menghadap Allah. Tetapi nafas perjuangannya untuk mengajak umat selalu dekat dengan sang Pencipta lewat dzikir yang diciptakannya insya Allah tidak akan  pernah padam. Dengan bersimpuh mengagungkan asma Allah melalui dzikir sebagaimana dilakukan Haji Nur Zaman dari Malaysia tadi dan seluruh jama’ah merupakan sarana untuk selalu menjaga keimanan dan ketakwaan hamba Allah yang memang selalu pasang surut. Al Khidmah hadir untuk menjaga agar keimanan dan  ketakwaan yang telah bersemai itu tidak surut, tetapi justru tumbuh dan berkembang sampai masing-masing di panggil Allah untuk menghadapnya. Amin-amin ya robbalaalamiin.
 

Al Khidmah Kampus Malang Gelar Sarasehan Perdana

Malang, Kominfo Al Khidmah Kampus DIY.
Tidak kurang dari 50 pemuda-pemudi Al Khidmah Malang, Minggu (23/9), menggelar sarasehan perdana bertempat di Aula Pondok Pesantren Tarbiyatil Qur’an An Nuur, Malang. Sarasehan itu digelar dalam rangka ikut mengembangkan Jam’ah Al Khidmah di kampus-kampus se kota Malang dan sekitarnya. Pada kesempatan tersebut, setidaknya ada enam kampus besar di kota apel itu yang hadir, termasuk delegasi dari Kampus UIN Maliki Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI), Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan sejumlah siswa-siswi tingkat SMA dan SMP-sederajat se-Malang dan sekitarnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut Ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, Misbakhul Huda, dan Koordinator Departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, Nur Haris Ali sebagai undangan.
Acara sarasehan di buka secara resmi dengan majlis dzikir-iklilan yang dipimpin langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatil Qur’an An Nuur, KH. Muhammad Alwi,dilanjutkan dengan beberapa sambutan.
“Jama’ah Al Khidmah Kampus ini termasuk yang dicita-citakan oleh Beliau RA. Mudah-mudahan bisa berkembang lebih luas sebagaimana yang Beliau RA. inginkan. Terus yang lebih kita tekankan lagi, jangan sampai kita menyimpang dari buku pedoman tuntunan dari Hadlorotus Syaikh, utamanya. Silakanlah kita berkembang, jadi usahakan tuntunan itu prosedurnya diikuti. Sehingga kita utuh,” pesan pengasuh Ponpes Tarbiyatil Qur’an An Nuur yang sekaligus imam khususi di wilayah Batu-Malang tersebut.
Sementara itu, Misbakhul Huda, Ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta, pada kesempatan tersebut ikut berbahagia atas kemauan dari komunitas pemuda-pemudi Al Khidmah Malang sendiri untuk bisa bangkit menirukan teman-teman Al Khidmah Kampus dari kota-kota lain. Keinginan tersebut muncul sudah sangat lama dan semakin terlihat pasca acara Jambore Nasional Al Khidmah Kampus Indonesia yang digelar pada 9-11 Maret 2012 lalu di Yogyakarta.
“Saya mewakili teman-teman Al Khidmah Kampus Jogjakarta sangat berbahagia sekali bisa berkumpul bersama teman-teman Al Khidmah Kampus Malang. Mudah-mudahan (kepengurusan) Al Khidmah Kampus Malang bisa segera terbentuk, dalam rangka ikut mewujudkan cita-cita guru kita menjadi oase dunia. Kita bisa sharing-sharing nanti, tentang pengembangan Al Khidmah Kampus seperti di kampus-kampus di kota lain,”ujar Kang Huda, sapaan akrab ketua Al Khidmah Kampus Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut pada saat sambutan.
Mewakili teman-teman Al Khidmah Kampus Malang, Abdurrahim, selaku koordinator sementara Al Khidmah Kampus Malang, menegaskan bahwa tujuan sarasehan pada siang itu untuk mengakrabkan tali silaturrahim antar mahasiswa-mahasiswi di kampus-kampus Malang, baik yang sudah mengenal Al Khidmah maupun yang belum mengenal Al Khidmah. Lebih lanjut, Abdurrahim berharap, momen siang itu bisa menjadi langkah awal untuk mengembangkan Al Khidmah di kampus-kampus Malang seperti yang telah dilakukan juga oleh teman-teman-teman kampus di luar kota Malang.
“Kepada rekan-rekan Malang yang bukan mahasiswa jangan minder. Al Khidmah Kampus ini tidak eksklusif hanya untuk orang-orang kampus. Bukan seperti itu. Semuanya bisa masuk. Yang orang sekolahan juga bisa masuk di Al Khidmah Kampus. Tidak perlu minder ‘aku duduk wong kuliahan, nggak melu ae’. Jangan seperti itu. Ini hanya jalan agar kalangan-kalangan mahasiswa dan siswa yang belum masuk Al Khidmah bisa ikut menjadi jama’ah Al Khidmah. Menjadikan Al Khidmah sebagai oase dunia” pungkasnya.
Selamat atas terselenggaranya Sarasehan Perdana Al Khidmah Kampus Malang, salam semangat  ...






"Al Fithrah" dan "Al Khidmah" mengandung arti dan makna :
  1. Menjunjung tinggi ke-fithrahan
  2. Mengabdi keharibaan Allah SWT
  3. Mensuritauladani Rasulullah SAW
  4. Menegakkan dan meneruskan 'amaliyyah Salafunas Sholeh
  5. Berbakti kepada Nusa dan Bangsa Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

Lambang "Al Fithrah" dan "Al Khidmah" terdiri dari gambar :
  1. Pena, alat untuk menulis.
  2. Arah pena yang menunjuk ke arah bawah.
  3. Kitab, 4 (empat) buah.
  4. Bintang, 3 (tiga) buah.
  5. Tasbih.
  6. Pentolan tasbih, yang mengarah ke dalam lingkaran.
  7. Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas.
Arti simbolik dari lambang "Al Fithrah" dan "Al Khidmah":
  1. Pena sebagai lambang mencari ilmu.
  2. Arah pena ke bawah melambangkan: menuntut dan menambah ilmu semenjak lahir hingga kembali ke liang lahat.
  3. (Empat) buah kitab melambangkan: berlandaskan atas dasar: Al Qur'an, Al Hadith, Al ljma' Al Qiyas.
  4. 3 (tiga) buah bintang melambangkan: memantapkan dan mensempurnakan: Al Islam, Al Iman dan Al Ikhsan.
  5. Tasbih melambangkan: mengikuti ketetapan dan 'amaliyyah Ulama' Aslafuna Ash Shalihun.
  6. Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam melambangkan kesungguhan dan ke-ikhlasan dalam mengabdi dan berkhidmah kepada Allah SWT.
  7. Pentolan Tasbih yang panjang yang berada di bawah mengarah ke atas melambangkan: berkepribadian clan berperilaku rendah hati, mawas diri dan toleransi serta arif bijaksana demi meraih rahmat dan ridho serta keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.


'Amaliyyah-'amaliyyah yang diamalkan oleh "Jama'ah Al Khidmah" selain pendidikan clan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu lahir dan bathin, ialah:
  • Kebersamaan di dalam berdzikir kepada Allah SWT.
  • Kebersamaan di dalam Khataman Al Qur'an Al Karim.
  • Kebersamaan di dalam Sholawat kepada Rasulullah SAW.
  • Kebersamaan di dalam Manaqib.
  • Kebersamaan di dalam memuji dan bersyukur, dan berdo'a, mendo'akan kedua orang tua, para guru, para keluarga, para pinisepuh, para tokoh dan pemimpin masyarakat serta segenap arwaahul muslimin wal muslimat wal mu'minin wal muminat al ahyaa-i minhum wal amwaat.
  • Juga amaliyyah bermunajat, berwirid, berdzikir dan berdo'a selepas setiap mengerjakan sholat fardlu, seperti yang dihimpun dan ditertibkan dalam kitab "Al Fathatun Nuriyyah" jilid pertama, dan amaliyyah-amaliyyah sholat sunnah di pagi dan malam hari serta do'a-do'anya, seperti yang telah dihimpun dan ditertibkan dalam kitab "Al Fathatun Nuriyyah" jilid kedua.
sumber : http://www.alkhidmah.org.sg








Tidak ada komentar:

Posting Komentar